Senin, 10 Agustus 2015

Rencana Pembangunan Desa Sukadana Tahun 2015
Rabat Beton RT. 13 - RT. 14


SEJARAH KUWU SUKADANA
Kuwu Desa Sukadana pada masa penjajahan
1.
Bapak TAWIYAH (IDRIS)
Tahun :
1887
-
1901
2.
Bapak DAMIN (TARSIM)
Tahun :
1902
-
1906
3.
Bapak DULKARAB (DURJA)
Tahun :
1907
-
1931
4.
Bapak SABANA (RAKMAN)
Tahun :
1931
-
1945
Kuwu Desa Suakadana pasca penjajahan
1.
Bapak WARGA
Tahun :
1945
-
1947
2.
Bapak KARSIJAN
Tahun :
1947
-
1948
3.
Bapak SANIJAN
Tahun :
1949
-
1950
4.
Bapak TASIM (KENCIM)
Tahun :
1951
-
1952
5.
Bapak RASMITA
Tahun :
1953
-
1966
Kuwu Desa Sukadana pada masa Orde Baru sampai pada saat sekarang
1.
Bapak SARPIN
Tahun :
1967
-
1980
2.
Bapak SATIR
Tahun :
1981
-
1988
3.
Bapak MUCHTAR IBRAHIM
Tahun :
1988
-
1996
4.
Bapak MAKSUM
Tahun :
1997
-
2006
5.
Bapak SUTONO
Tahun :
2007
-
2015
6.
Bapak INO NORITA
Tahun :
2015
-
Sekarang

SEJARAH DESA SUKADANA
Konon kabarnya disuatu blok kampung terdapat sebuah hamparan hutan yang cukup  lebat dan jarangdijama oleh manusia, sekalipun disekitarnya sudah berdiri kampung. Sehingga kampung tersebut terkesan seperti hutan lindung yang berada ditengah-tengah perkampungan, dan menurut kabar dari beberapa sumber menerangkan bahwa hutan dimaksud masih angker. Sehingga tahapan perkembangan kampungdimaksud sangat lamban karena tidak asal manusia bisa memasuki tanpa berbekal ilmu yang tinggi. Sesuai dengan pertumbuhan penduduk pada kampung disekitarnya maka lahan pertanian mulai diperebutkan oleh penghuninya sehingga tidak jarang sering terjadi kesalah fahaman akibat kekurangan lahan pertanian. Oleh karena itu, para sesepuh merasa kurang nyaman melihat kondisi yang ada. Dengan sangat terpaksa para sesepuh dari kampung yang berada di sekitar hutan dimaksud mulai membuka kawasan hutan lindung yang sangat angker yang berada diantara pemukiman yang kemudian diberi nama “DERMAGA MALANG”.
Sumber lain menerangkan bahwa di Desa Sukadana berasal dari “SUKA” artinya senang dan “DANA” artinya Materi. Desa Sukadana berarti senang materi sesuai dengan ciri khas kehidupan masyarakat yang rajin menggali potensi yang mendapatkan sumber rezeki sesuai dengan bidang dan kehaliannya masing-masing. Sebelum manejadi desa tempat yang kita huni sekarang merupakan hamparan yang ditumbuhi oleh pepohonan yang cukup lebat dan hanya terdapat satu jalur jalan setapak yang membujur kearah timur dan barat, sehingga penduduk yang menghuni tempat dimaksud menamakan “Blok Dermaga Malang”yang dihuni oleg beberapa orang saja dengan mata pencaharian memanfaatkan lahan dengan menanam beberapa jenis tanaman disela-sela pepohonan yang besar layaknya seperti hutan lindung yang berada ditengah desa dan cocok untuk lahan menggembala ternak. Pada suatu hari para penghuni yang ada pada saat itu sedang giat-giatnya membuka lahan untuk bercocok tanam dengan peralatan sederhana, tiba-tiba para petani dihebohkan oleh hilangnya binatang peliharaan “SULTAN NURAWAN” yang lepas dari tempat peliharaannya. Saking sayangnya kepada binatang peliharaannya, yaitu seekor Menjangan tanpa tanduk atau disebut Menjangan Dugul. Konon Sultan Nurawan terus mencarinya dari tempat tinggalnya sendiri yaitu di wilayah Sumber Cirebon hingga sampai  ke Pedukuhan yang masih kelihatannya hutan dan hanya terdapat satu jalur jalan setapak yang disebut Dermaga Malang. Ketika Sultan Nurawan sedang mencari tahu tentang kepergian binatang peliharaannya yang hilang itu, kemudian memberitahukan kepada penghuni kampung tersebut tentang tujuan kedatangan Sultan Nurawan dan sempat beristirahat cukup lama sambil melacakdan mengintai keberadaan menjangan dugul peliharaannya. Selama Sultan Nurawan berada di pedukuhan Dermaga Malang dalam rangka mencari binatang peliharaan kesayanganny, Sultan telah banyak bergaul dengan para penghuni pedukuhan dimaksud dan Sultan merasa betah karena ada kesamaan dengan tempat tinggalnya. Sebelum Sultan meninggalkan tempat, Sultan berpesan kepada para penghuni yang ditemuinya, bahwa tempat ini katanya ada kesamaan dengan tempat kediaman Sultan pada saat ituadalah kondisi para petaninya yang ulet bercocok tanam disamping tanaman padi juga palawija sebagai selingan dan waktu tanamnya diatur sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan uang setiap harinya. Selanjutnya Sultan Nurawan meninggalkan Pedukuhan Dermaga Malang melanjutkan perjalanannya mencari menjangan dugul. Namun pada saat Sultan hendak beranjak dari Pedukuhan Dermaga Malang tiba-tiba terdengar suara gemuruh tetapi tidak melihat seorangpun, dan ternyata Sultan melihat binatang kesayangannya itu terbunuh dan telah tercincang-cincang tanpa mengetahui pelakunya. Akhirnya Sultan Nurawan menyrah karena ternyata binatang kesayangannya itu tidak setangguh yang ia bayangkan. Selanjutnya Sultan Nurawan berpesan kepada penghuni yang pernah ditemuinya, bahawa tempat dimana terbunuhnya Menjangan  Dugul itu dinamakan “GEMURUH”. Selanjutnya Sultan Nurawan bergegas pulang ke wilayah Sumber Cirebon.
Seiring berjalannya waktu, pada saat itu situasi negara masih terjajah oleh Belanda, sehingga para penghuni pedukuhan dimaksud memilih bertahan hidup ditengah hutan Dermaga Malang agar bisa menghindari bentrok dengan pemahaman kolonial Belanda dan pada tahun 1887 penghuni Pedukuhan Dermaga Malang sepakat memilih pemimpin desa, yang kemudian disebut KUWU. Yang pada saat itu KUWU pertama yang terpilih adalah Bapak H. TAWIYAH IDRIS, mengemban tugas untuk melindungi warganya dan berkeinginan untuk mensejahterakan warganya. Pada saat itu, berdasarkan kesepakatan para sesepuh yang ada di Pedukuhan Dermaga Malang merubah nama pedukuhan Dermaga Malang dengan nama “DESA SUKADANA”. Hal ini diputuskan karena  mengambil sejarah dari terbunuhnya seekor menjangan dugul peliharaan kesayangan dari Sultan Nurawan yang bersal dari Desa Sukadana – Sumber Cirebon atau sekitar TALUN – CIREBON GIRANG.

Catatan sejarah desa ini dibuat bersumber dari para sesepuh yang dapat dipercaya yang ada di Desa Sukadana. Dan pada dasarnya pesnyusun memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan-kekurangan terutama dari penyusunan kalimat dan mohon agar memperbaikinya kelak dimasa datang. Adapun keberhasilan pembangunan dari Kuwu-kuwu yang terdahulu, kami uraikan secara singkat.